Keinginan untuk Pulang


Halo semua. Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat sehat ya.

Sudah lama saya tidak posting di blog hehehe.. Kali ini niatnya mau beres-beres draft yang menumpuk, tapi niat saya melenceng, malah baca-baca draft dan..saya melihat sebuah tulisan saat saya ingin pulang ke Indonesia yang dibuat sekitar tahun 2018 (dan tiba-tiba saya merasa seperti masuk ke mesin waktu hehehhee). Isinya full curhat sih, tapi saya post saja ya di bawah :)

***

Sudah lama saya ingin menuliskan ini dan jadi reminder untuk saya.
Keinginan untuk pulang. Iya, pulang.
Sudah hampir 5 tahun saya dan suami bersama anak tinggal di  Groningen, Belanda. Jauh dari keluarga. Selang waktu 5 tahun ini, Alhamdulillah saya sempat pulang untuk memperkenalkan cucu pertama keluarga pada tahun 2014. Pun saya bisa hadir di pernikahan saudara kembar saya satu tahun setelahnya.
Mengapa saya menuliskan ini?
Karena.... Saya kangen. Hehe. Sudah kurang lebih 2 tahun lamanya saya tidak pulang ke Indonesia, terutama saya kangen dengan keluarga saya. Meskipun saya secara regular setiap minggu video call dan setiap harinya saya mengirim pesan teks kepada orangtua saya. Tapi ya, saya masih disini. Ketika teman-teman saya pulang back for good ke Indonesia duluan, tak  sedikit yang bilang kalau mereka kangen Groningen. Ada yang bilang "kangen dengan kerapihannya, kangen dengan rapinya birokrasi disini, kangen dengan tertitbnya dan apiknya sistem disini dan lain-lain."
Dan lagi, yang disampaikannya pada media sosial adalah unek-unek perbandingan keadaan Indonesia dan Belanda dengan nada yang cenderung minor.

Apakah saya ada di posisi mereka sekarang namun terbalik? Apakah saya merasa seperti ini karena saya sedang jenuh dan stress dengan segala eksperimen yang harus diselesaikan? Akankah yang saya ingat memori di Groningen adalah yang pahit-pahit saja? Saya bertanya lagi ke diri sendiri, akankah saya akan berkata "rindu Groningen" ketika saya pulang ke Indonesia?
Kalau mau dibandingkan, Belanda atau Indonesia, tentu saja lebih maju di sini. Bukan, bukan saya tidak bersyukur bisa tinggal disini dengan waktu yang cukup lama. Untuk soal kesejahteraan tentu saja lebih baik disini. Jangan tanya. Positifnya tinggal merantau ya jadi bisa mandiri.
Seenak dan senyaman nyamannya tinggal di negeri orang, pasti lebih enak tinggal di negeri sendiri.
Ya Alloh semoga saya tidak menjilat ludah sendiri dengan menuliskan ini.
Semoga saya ketika pulang tidak ke-Belanda-Belandaan. Semoga pola ke-direct-an saya berkurang dan semoga kesundaan saya masih melekat dalam diri.

***

Bagaimana Na rasanya sekarang setelah 1 tahun pulang dari Groningen dan tinggal di Jakarta? Kangen Groningen gak? :) Kalau boleh saya jawab, jawabannya adalah not really. Kangen mungkin iya (apalagi sama musim gugurnya ya). Ada culture shock setelah pulang? Iya, tentu ada. Tapi yang saya rasakan bukan "I don't like living here, please take me back there". Sama sekali tidak. Episode hidup saya sekarang di Groningen sudah selesai. 

It is time to move up. Mungkin nanti akan saya coba tulis dalam postingan khusus, mudah-mudahan ada waktunya ya hehehe yang penting niat dulu :) Namun dalam singkatnya barangkali bisa saya deskripsikan dalam 1 kalimat: "Alhamdulillah.. going home and contribute to my home country, yes this is what I wanted."

This picture is taken from here



Jakarta, 25 Oktober 2020

Amalina