Musim Gugur 2018

Assalamualaikum!

Masya Alloh, pekan ini lagi rajin mengunjungi blog ini. Padahal bulan kemarin blog tidak dijenguk sama sekali hehe.. 
Kenapa? Soalnya tumpukan draft postingan sudah banyak tapi tulisannya malah tidak selesai. Selain di akun blogger, saya pun menulis list draft ini di bullet journal saya dan saya kaget, lho kok sudah sampai mencapai angka dua puluh tiga 😡). Aduuuuuh, mulai deh merasa intimidated dan serasa dikejar deadline (padahal ga ada deadline apa-apa kan ya selain jatah bolos #1minggu1cerita) hehe.
Baiklah, mulai kali ini saya mulai rampungkan draft saya satu demi satu. Mudah-mudahan saya istiqomah dalam merampungkannya, mohon doa ya hehehe..

Alhamdulillah, sudah masuk musim gugur di Groningen, tepatnya dari 23 September kemarin. Daun-daun sudah menguning dan memerah, bahkan ada yang sudah yang berguguran. Ma sya Alloh, indah sekali ya ciptaan-Nya. The daylight becomes shorter too! Hari menjadi lebih pendek yang berimplikasi pada perubahan jadwal sholat. Waktu subuh sekitar pukul 06.00 dan Maghrib sekitar pukul 17.15 (waktu yang ideal kan untuk qodo utang shaum kemarin? hehe ooops) Matahari terbit kira-kira pukul 08.00 pagi, ditambah lagi sekarang sudah masuk winter time (CET), sehingga perbedaan waktu Belanda dengan Indonesia menjadi 6 jam lebih lambat 😊

Jalan dekat rumah

Sepatu Dinara dan Ibunya hehe

Taman Selwerd dekat rumah


Ritme kegiatan pun perlu diadjust lagi supaya tidak menabrak waktu sholat yang berubah. Dinara masih belum paham betul sehingga ketika akan pergi ke sekolah pagi hari, Dinara malah ngeles "Bu, kan masih malam." hehehe, bukan malam sayang, ini namanya waktu subuh..

Musim gugur pun identik dengan desiran angin, kelabunya langit juga derasnya hujan. Alhamdulillah.. Musim gugur kali ini entah kenapa lain dari biasanya. Kenapa ya? Saya lebih menghargai musim gugur kali ini, apakah karena musim gugur kali ini adalah musim gugur terakhir saya pada chapter kehidupan saya di Groningen kali ini (aamiin, mohon doanya ya!) 

Eh tapi, ketika saya merenung lagi, bukan kah seharusnya saya harus menikmati hari seperti ini terus? Siapa yang tahu kalau ini bukan hanya musim gugur terakhir saya, siapa yang tahu juga akan hari esok? Astaghfirulloh. Seharusnya saya selalu implikasikan "live like there's no tomorrow". Jika angin ribut saya analogikan dengan pengelaman yang kurang mengenakkan, deadline yang selalu menghantui, tentu tidak perlu saya ambil pusing ya. Senyumin aja, karena pasti berlalu *cieee.. 😊

Cherish every moment. Embrace every possibility. Love every memory. -anonim

Baiklah, selamat hari menikmati hari dan jangan lupa bersyukur hari ini yaa, let's say Alhamdulillah.. 😊

*yay, one in the draft list is check marked! Alhamdulillah. Still many posts to go 😁*

4 comments

  1. Musim gugur dimanapun memang selalu bikin kangen ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, musim gugur selalu jadi musim favorit :)

      Salam kenal ya Mbak, terimakasih sudah berkunjung kesini :)

      Delete
  2. Aamiiinnn. Semoga dimudahkan teh..brti nanti kalo kami balik lg ksni jgn2 udah pada balik Indo semua nih..

    ReplyDelete