cerita menyusui dan menyapih Dinara

Assalamualaikum semuanya..
Apa kabar? Semoga sehat selalu ya :)

Nah, daripada saya facebook-an dan berujung entah dimana *dan tahu tahu sudah 15 menit berlalu*, mendingan saya nulis disini saja ya. Siapa tahu bermanfaat, at least bermanfaat buat saya sendiri :)
Kali ini rasanya ingin cerita sedikit tentang Dinara, my little angel, not longer a baby, sudah berhasil disapih :') Sudah saya kira, saya akan menyusui Dinara sampai umurnya lebih dari 2 tahun. kenapa? karena Ibunya pun dulu begitu hehe *maaf ya mah :')*

Alhamdulillah pasca maternity leave, Dinara tidak pernah kekurangan asupan ASI. Saya mulai menyetok ASIP sebelum saya kembali ke Lab ketika Dinara umur 2 bulan (Januari 2014) karena pada saat itu ASI kita sedang oversupply. Kira-kira setiap hari jam 2 malam, saya pompa ASI saya. Suami pun sangat mengerti dan malah mensupport saya untuk selalu menyetok ASI sebelum saya kembali ke medan pertempuran di Lab :P Kalau saya lagi males mompa saat dini hari, suami saya selalu bilang "ayo dipompa ASInya, kalau sudah kembali ke Lab khawatir nanti kecapekan dan stres, nanti kalau ASInya jadi seret gimana hayo." duh kalau suami sudah bilang begitu sih saya langsung gercep ambil pompa :D

Plastik ASIP 
Untuk penyimpanan ASIP, saya pakai plastik ASI dari Elanee. *bukan iklan* Pemakaiannya cukup praktis, bisa langsung nulis tanggal dan juga volume ASIPnya. Kelebihan yang lain adalah... ga makan banyak tempat di freezer :)
picture is taken from here
Saya beli online, di baby walz, berikut linknya : http://www.baby-walz.nl/ELANEE-Moedermelkzakjes-648736.html

Cara penggunaan

Memompa ASI di Kampus
Sebelum ke kampus, saya mengantarkan Dinara + ASIPnya ke daycare. Untuk botolnya, saya menggunakan botol susu merk MAM. Saya beli 2 botol khusus untuk disimpan di Daycare. Kelebihan botol susu merk MAM adalah anti colic, bentuk dotnya yang pipih dan bisa self sterilizing, tinggal dimasukan ke microwave saja, bisa dibaca di link berikut : https://www.mambaby.com/shop/us_int/bottles-cups/bottles.html

gambar dari sini 

Setiap ke kampus, saya selalu membawa plastik ASI sebanyak 3 buah, pompa ASI yang sudah disterilkan dan juga kantong dengan ice gelnya untuk penyimpanan ASIP setelah dipompa. Alhamdulillah, di departemen saya, Bapak Bos mengerti kalau saya harus memompa ASI, dan kampus pun menyediakan ruangan khusus untuk memompa ASI yang disebut dengan Kolfkamer. Ruangan ini merangkap fungsi sebagai ruangan P3K kampus. Oh iya, karena yang menggunakan ruangan ini tidak saya saja (ternyata banyaak!) maka harus booking dulu di Google Calendar. Setelah booking, saya harus meminta kuncinya ke resepsionis dan resepsionis juga ngecek apakah kita sudah booking ruangannya atau belum.
Awal-awalnya setiap jam makan siang saya datang ke Daycare Dinara yang berlokasi di belakang kampus, buat menyusui langsung dan sorenya saya pompa ASI di kampus. Tapi kok eksperimen di Lab jadi berantakan, karena.... susah pulang kalau udah ketemu anak :') Akhirnya saya pun konsisten mompa ASI di sela-sela eksperimen di Lab. Supaya hemat waktu efisien, saya lebih suka mompa ASI sambil makan siang, literally. Iya, tangan yang satu megang pompa, tangan yang satu pegang sendok. I know it sounds crazy but anyway... apa sih yang enggak untuk anak :')

Reservasi ruangan dengan Google Calendar
Kolfkamer/BHV Linnaeusborg University of Groningen

Peralatan 'perang'

Selesai dipompa :)

Oh iya, kan situasi Lab suka unpredictable, kadang-kadang ketika lagi running reaksi PD saya udah penuh dan ASI harus segera dipompa dan udah bocor kemana-mana. hahaha (untung ketutupan jas lab jadi gak kelihatan :D) Kalau udah begitu ceritanya, saya langsung bilang ke kolega saya "boleh liatin reaksi saya sebentar ga? Saya harus menunaikan tugas Ibu nih". Eh yang dititipin sih lempeng aja hehehe Alhamdulillah punya kolega pengertian :D *yes!*

Manajemen ASIP
Setelah pulang dari kampus dan menjemput Dinara, saya menyimpan ASI fresh di kulkas dahulu untuk mendinginkan suhunya sebelum dimasukkan ke dalam freezer supaya tidak temperature shock dan kandungan ASI tetap aman dan baik.

Suami saya membuatkan ini dan menempelnya dekat kulkas. Alhamdulillah, Ayah ASI yang baik ya :)
Kemudian saya mencatat hasil pompanya di kertas yang saya tempel dekat kulkas. Sebelum tidur saya selalu mengambil ASIP yang sudah beku dari freezer untuk disimpan di kulkas bawah (4 derajar Celcius) untuk dibawa besok harinya ke daycare. Hal ini dilakukan agar proses pencairan ASIP berjalan perlahan sehingga ASIP tidak rusak. Nah, ASIP yang saya bawa ke Daycare saya coret dari list sehingga dengan seperti ini saya tahu ASI mana yang sudah keluar. Tentu saja ASIP yang 'umurnya' lebih lama yang keluar duluan.

Rekap ASIP Dinara yang pertama, dimulai Januari 2014

Rekap ASIP Dinara yang ke 5, Januari 2015 

Rekap ASIP Dinara yang ke 6, Maret 2015. Ma sya Alloh sudah plastik terakhir adalah plastik ke 436 :')
Untuk penyimpanan di freezer, kami pun menyimpannya dengan teratur. 1 rak freezer kami bagi menjadi 4 lajur, lalu masing-masing lajur kami isi dengan ASIP dan disusun berdasarkan tanggal. Kami menyusunnya dengan cara meng'ular' hehehe. Agar mudah mencarinya, Suami saya bahkan membuat petanya hehehe sehingga kami tidak perlu berlama-lama mencari ASIP di freezer.

Peta ASIP Dinara di Freezer_1

Peta ASIP Dinara di Freezer_2

Lepas dari Botol Susu
Kira-kira sampai Dinara umur 1 tahun 3 bulan saya pompa ASI saya di kantor Alhamdulillah, dari yang biasanya mompa 2 kali sampai 1 kali saja. Saat Dinara umur 1 tahun, Dinara sudah tidak mau lagi minum ASIP di Daycare. Saya kaget kenapa ya? Oalah.. ternyata teman-temannya seusianya sudah minum susu UHT di gelas. Otomatis Dinara juga sudah tidak mau minum di botol susu dan ikutan teman-temannya :)
Saya ambil positifnya: Dinara udah bisa lepas dari botol susu, saya tidak perlu mompa ASI lagi di kantor dan frekuensi minum ASI berkurang at least di Daycare. Kalau di rumah sih tetep ya apalagi kalau weekend, keliatanya kayak yang balas dendam gitu deh, maunya langsung dari "pabriknya" :P
Kalau ditanya "Naya minum melk sapi ya?", eh dijawabnya "mau melk Ibu". Melk (bahasa Belanda) artinya Susu. Oh iya, kalau kami jalan-jalan, saya mah ga pernah bawa ASIP. Mau dilihatin orang di jalan juga cuek aja masih nyusuin anak yang bukan bayi lagi :)

Baca juga : Toilet Training Dinara

Proses Penyapihan
Sampai akhirnya Dinara umur 2 tahun 6 bulan dan masih belum bisa lepas dari mimi alias menyusui.
"Dinara udah berapa tahun, Na? Kok belum disapih?"
"Eh kok masih mimi aja sih, kan udah lebih dari 2 tahun kan..."
"Kasih Ade coba supaya gak mau mimi lagi..." 
Dan banyak komentar lainnya. Whenever, wherever, ada aja yang komentar mah hehehe :)
Bahkan ada teman yang anaknya lebih muda dari Dinara, cerita ke saya "Duh anakku gimana ya ini belum disapih, kalau telat gimana ya Na?" Hehehe, Anda salah orang, kalau Anda telat, Lah si saya ini lebih gimana dong *nunjuk diri sendiri*

Sounding penyapihan sebenernya udah terus dilakukan dari Dinara umur 1.5 tahun, saya selalu bilang ke Dinara
"Dinara sudah besar, sudah tidak mimi ya.."
........Tapi tetep aja minta mimi :D 

Nah, sang Suami udah wanti-wanti dari lama, tapi mungkin saya sih yang belum siap mental buat menyapih Dinara Banyak yang bilang kalau proses menyapih itu menyakitkan untuk Sang Ibu dan Sang Anak juga. Katanya nanti Anaknya susah tidur, ada yang bilang bakalan ada drama sepanjang malam, ga bisa tidur, Ibunya katanya nanti panas dingin karena ASInya dipaksa ga dikeluarkan, dsb dsb... Saya udah takut duluan.

Tapi kenyataan berkata lain *tsah*
Seminggu sebelum Lebaran, tepatnya hari Selasa, pulang dari Lab saya kok rasanya sangat exhausted, super capek plus plus sedang shaum juga. Oh iya, shaum disini cukup panjang, 19 jam lamanya karena Ramadhan ini masuk di musim panas. Dinara tiba-tiba rewel minta mimi, sedangkan saya  kalau ibarat batere sudah "low battery, please charge". Akhirnya.. yasudah mungkin ini momen untuk menyapih dan terjadi begitu saja..
"Now or never deh. Aa, tolong ambilin sambiloto di lemari."
 dan tadaaaaaaa. reaksi Dinara lucu sekali.
"Ibu, pahit, hahahahahha.. mau melk sapi saja hahahahahaha."
Dia ketawa cengengesan. Saya yang khawatir Dinara bakalan nangis kejer, ternyata enggak sama sekali. Malah hari itu saya yang nangis sesegukan tengah malem sambil peluk Dinara yang tertidur lelap.. ya Alloh, ternyata anak saya udah gede... :') dan Alhamdulillah, saya pun ga kena demam panas dingin atau PD yang bengkak. Mungkin karena pengaruh shaum 19 jam juga ya.

Ada juga yang bilang "yah kok gitu sih Na, ga weaning with love dong jadinya."

Nah kan, habis disapih masiih aja ada komentar hihihi 😊 Entahlah, tapi makasih komentarnya lho ya 😊 Hmm, mungkin soundingnya sudah masuk alam bawah sadarnya, jadi sekali pakai sambiloto langsung berhasil (?) hehehe.. Ketika saya kecil pun saya disapih dengan cara sambiloto sama Mama saya. Well, tentu saja ini bukan cara yang paling benar, bismillah kembali ke masing-masing saja karena setiap kondisi anak berbeda-beda, pasti perlakuannya juga berbeda :)

Banyak hikmah yang saya dapet dari penyapihan Dinara. Kadang kita (kita? saya aja kali... :P) suka khawatir sama hal yang belum terjadi, seolah-olah saya paling tahu segalanya, padahal kan Alloh yang Maha Mengatur :') Pasrah dan serahin semua sama Alloh. Alhamdulillah, penyapihannya ga ada drama :')

Sekian dulu cerita dari saya. Wah, panjang juga hehe.. Semoga bermanfaat untuk teman-teman ya! Mudah-mudahan Dinara bisa membaca ini ketika Dinara sudah besar, Ibu sayang Dinara :')

Groningen, 18 Juli 2016
17.59 CEST